Begini Cara Walikota Eri Redam Demo Forum Solidaritas Madura Soal Jukir Liar
![]() |
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. |
SURABAYA, SuryaTribun.Com – Rencana aksi demo Forum Solidaritas Madura Indonesia (FSMI) dikabarkan batal digelar.
Demonstrasi itu direncanakan berlangsung selama lima hari di Balai Kota Surabaya.
Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, terkait penertiban juru parkir (jukir) liar yang dinilai menimbulkan stigma terhadap kelompok tertentu.
Koordinator Aksi, Baihaki Akbar mengatakan, pihaknya semula mengkritik tindakan Eri dalam menertibkan parkir liar, terutama karena dokumentasi kegiatan tersebut tersebar luas di media sosial.
“Harapan kami, tidak ada lagi konten-konten yang dapat menimbulkan stigma negatif terhadap salah satu suku,” ujar Baihaki, Sabtu, 14 Juni 2025.
Namun, setelah menggelar pertemuan langsung dengan Eri Cahyadi pada Jumat, 13 Juni 2025, FSMI menyatakan dukungan terhadap langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Baihaki menyebut, penjelasan Walikota mengenai program penertiban sangat jelas dan meyakinkan.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi dalam keterangannya, Sabtu, 14 Juni 2025 mengatakan, penertiban juru parkir liar bertujuan untuk menjaga ketertiban dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, semua pihak yang sudah memahami arah kebijakannya akan melihat bahwa kebijakan tersebut dibuat untuk kebaikan bersama.
“Kalau kita ingin menjaga Surabaya, ketika menjadi petugas parkir, satu, jangan menarik parkir di atas tarif karcis yang sudah ditentukan. Kedua, jangan menarik uang tanpa karcis. Beres toh,” ujarnya.
Usai pertemuan tersebut, FSMI menyatakan menerima alasan yang dikemukakan Walikota, terutama soal peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan upaya mensejahterakan para jukir resmi di Surabaya.
“Program yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk memberikan kesejahteraan maupun kemajuan warganya, pasti kita dukung karena merupakan bentuk menghormati pemerintah daerah,” kata Baihaki.
Atas pertimbangan tersebut, kata Baihaki, pihaknya memutuskan untuk tidak melanjutkan aksi demonstrasi yang semula dijadwalkan pada 16-20 Juni 2025.
Mereka juga mengimbau agar narasi publik ke depan lebih sensitif agar tidak memunculkan kesalahpahaman.
Eri Cahyadi pun mengajak warga Surabaya untuk mendukung kebijakan yang menjaga ketertiban kota.
Ia menegaskan, masyarakat harus berani melawan oknum yang melanggar aturan.
“Warga Surabaya kan kepengin ngono tok to (keinginannya hanya begitu saja kan), aman, nyaman. Nah, kalau ternyata ada oknum yang melanggar, ya ayo kita lawan,” pungkasnya.
Eri juga meminta agar masyarakat tidak terpengaruh oleh narasi yang menyesatkan atau fitnah yang berkembang di media sosial.
Ia mengingatkan, selama niatnya untuk kebaikan warga, maka kebijakan tersebut akan terus dijalankan dengan keterbukaan dan dialog bersama. (*/red)